warna benang yang digunakan dalam teknik songket biasanya

Rahatdan guwing adalah alat yang digunakan untuk menerau. Pelbagai warna benang diterau untuk mendapatkan corak yang dikehendaki. 4. Menganing - Pada masa yang sama benang pakan dilontar menggunakan torak di antara dua lapisam benang losen g tersebut. Penenun perlu memberikan perhatian sepenuhnya terutama semasa menenun reka corak pada
3 Motif yang sering digunakan meliputi bentuk bunga, daun atau pucuk dan bahagian tampuk buah-buahan. 4. Motif-motif rekacorak yang menghiasi kain songket kebanyakannya berasaskan bunga-bungaan. 5. Dengan teknik menenun yang tersendiri, kesemua bentuk motif terhasil dalam corak geometric. 6.
Songket merupakan sejenis kain yang biasanya ditenun dengan mesin tradisional, dan mempunyai corak rumit benang emas atau perak. Perkataan songket bermaksud membawa keluar atau menarik benang daripada kain atau menenun menggunakan benang emas dan segi sejarah, ia hanya dipakai golongan bangsawan - keluarga kerabat diraja dan orang besar negeri. Kehalusan tenunan dan kerumitan motif corak songket ketika itu menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seseorang pembesar. Ia telah terkenal di Malaysia dan Indonesia sejak abad ke-13 yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi sebagai fabrik warisan agung. Selain mengangkat martabat si pemakai, motif dan warna tenunan songket melambangkan kedudukan seseorang. Sejarah Songket Sejarah dari mana datangnya kain songket itu tidak dapat dipastikan dengan tepat, namun dan asal usul perkataan songket dikatakan berasal daripada menyungkit’ kerana dalam bahasa Siam kek’ membawa erti menyungkit selain songkok’ China membawa maksud yang Robyn Maxwell 1990, pengetahuan orang Melayu mengenai teknik songket mungkin diambil daripada orang Cina yang memperkenalkan bahan logam tetapi kehadiran budaya dari Timur Tengah, Parsi, Turki dan Moghul India telah memperkukuhkan lagi banyak diketahui mengenai asal songket, tetapi kemungkinannya penenunan songket berkembang di Malaysia melalui perkahwinan antara keluarga diraja, yang merupakan strategi penyatuan biasa sekitar abad menggunakan teknik tenunan, di mana benang emas ditenun antara benang sutera pada kain latar. Fibrik yang mewah dan mahal ini menggambarkan struktur sosial dikalangan bangsawan Melayu. Corak dan Motif Songket Corak dan motifnya memaparkan ciri-ciri unik identiti orang Melayu dan sekali gus mencerminkan cita rasa budaya bangsa yang mekar dalam persekitaran yang kaya dengan keindahan dan keunikan. Antara corak yang digunakan Susunan bunga penuh Susunan bunga tabur Susunan bercorak Motif yang digunakan pula adalah seperti Motif Tumbuh-tumbuhan Motif Binatang Motif Alam/Benda Motif Kuih Proses Pembuatan Songket Secara ringkasnya proses menenun songket adalah dengan menggunakan teknik menyungkit iaitu menggunakan lidi buluh atau bilah nibung melalui benang loseng warp di permukaan alat tenun yang dipanggil kek tenun. Proses menyungkit dilakukan setelah benang karat butang disediakan. Benang karat butang digunakan untuk membuat reka corak atau sulaman benang Mencelup benang Benang perlu dibersihkan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Setelah pewarnaan dibuat benang perlu di keringkan, sebelum kerja selanjutnya Melerai benangPelenting yang diperbuat daripada buluh kecil digunakan untuk melilit benang. Proses ini dilakukan dengan bantuan alat darwin dan alat pemutar Menganeng benang Proses membuat benang yang diregang di alat penenun bagi menentukan saiz panjang atau jumlah helai kain yang akan Menggulung Benang-benang yang diregang di alat menganeng ianian digulung dengan sekeping papan Menyapuk benang Setelah benang loseng dimasukkan ke dalam gigi atau sikat jentera, kerja-kerja menyapuk dilakukan. Dua urat benang loseng dikaitkan melalui setiap celah gigi dibuat daripada benang asing yang digelung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli sewaktu Menyongket benang Proses mereka corak di atas benang loseng dengan menggunakan alat yang di panggil lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat dan dikenali sebagai proses ikat Menenun Alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah-celah benang loseng mengikut corak yang telah ditentukan hinggalah menjadi sekeping kain. Kain yang telah siap ini dipotong mengikut saiz. Songket masakini Hari ini, pemakainya lebih menyeluruh, tidak terhad kepada kerabat diraja. Cara pemakaiannya juga lebih meluas, bersesuaian dengan majlis begitu juga corak dan motifnya yang semakin kontemporari, sesuai dengan perubahan dan peredaran masa. Pemakaian songket kini turut berubah selaras dengan peredaran masa. Sebagai contoh, songket dijadikan sampin untuk dipakai oleh orang lelaki untuk menyambut Hari Raya, majlis pernikahan dan songket usaha untuk memastikan kesinambungan industri songket masih berterusan. Ia mencapai tahap yang memuaskan sehingga songket semakin popular digunakan sebagai busana majlis perkahwinan, hantaran perkahwinan, cenderahati dan hiasan dinding. Sumber Wikipedia
Benangakan diikat menggunakan tali berdasarkan coraknya sebelum ditenun. Cara ini untuk memudahkan dalam pencelupan sebagian benang tersebut. Biasanya bagian benang yang terikat tali tidak akan diwarnai. Alat tenun tanpa mesin merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk menghasilkan tenun ikat.
Sejarah - Secara umum, songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak dan dihasilkan dari daerah-daerah tertentu seperti Palembang, Minangkabau hingga Samarinda Kata songket berasal dari kata sungkit dari kata kerja menjungkit benang. Sedangkan dalam arti khusus,sungkit adalah jarum dari tulang yang digunakan untuk menyulam. Kain sungkit adalah kain yang disulam, sedangkan bersungkit berarti menusukkan, menembus atau memasukkan benang. Para ahli sejarah mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 11 setelah runtuhnya Kerajaan Melayu, memegang posisi perdagangan laut dan hegemoni perdagangan luar negeri. Sekitar abad ke delapan, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kaya raya, sehingga emas sebagai logam mulia melimpah ruah. Sebagian emas itu kemudian dikirim ke Negara Siam yang diolah dan dijadikan benang emas untuk kemudian dikirim kembali ke Sriwijaya. Dalam hubungannya dengan benang emas, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa benang emas merupakan benang yang diimpor atau didatangkan dari Kot Canton Cina bersamaan dengan didatangkannya benang sutera. Emas yang melimpah ruah ketika zaman kerajaan dulu tercermin dari penggunaan emas dalam tenunan kain songket dan arti emas dalam bentuk rumah adat limasan. Masyarakat Palembang sebelum Perang Dunia II membuat kain songket yang asli dengan benang emas murni yaitu emas 14 karat. Itu sebabnya ketika kain sutera yang merupakan bahan dasar kain songket menjadi lapuk, benang-benang emas ditarik dan ditenun kembali pada sutera yang baru. Karena kualitasnya tersebut, tenunan songket asli disebut songket jantung atau songket cabutan. Warna pada kain songket mencerminkan status sosial dari si pemakai. Kain songket warna hijau, merah, kuning dipakai oleh janda, sedangkan warna yang cerah melambangkan bahwa mereka ingin menikah lagi. Warna merah dan emas terang sebagai motif yang menjadi ciri khas songket pada masa perkembangan awal adalah dua warna utama tradisi Cina. Dari tinjauan semiotik, warna ini mengandung dua makna. Merah bermakna berani, sedangkan kuning emas bermakna kekayaan, kejayaan dan kemakmuran. Penyimpanan kain songket sama bernilainya dengan menyimpan uang milik satu keluarga. Kemewahan songket lepus menunjukkan kedudukan yang tinggi dari si pemakai. Bahkan dulu songket lepus merupakan kain yang dipakai oleh putra-putri raja dalam upacara dan Makna Kain Songket Setiap lembar songket memiliki filsafat dan makna yang ingin disampaikan. Secara umum, nilai filosofis ketatanegaraan, politik, dan pertahanan tergambar lewat rangkaian motif yang terdapat di songket. Hingga kini, meski telah ada perubahan, baik akibat modifikasi maupun ketidaktahuan-rangkaian detail itu masih dipakai. Ibaratnya, 'kerangka' detail motif itu telah menjadi pakem pada songket. Secara garis besar, motif dalam songket terdiri atas kembang tengah sebagai motif inti yang dikelilingi ombak, umpak bongkot atau pangkal, tawur, pengapit, umpak ujang,dan tretes. Motif yang mengelilingi kembang tengah ini memiliki filosofi yang menunjukkan bagaimana sifat, kondisi, dan kebijakan negara dalam bidang tata negara, politik, dan pertahanan. 1Bahan dan Alat Pembuatan Kain Songket Alat pembuatan songket terbagi menjadi dua. Yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu atau bambu dan alat penunjang yang mencakup alat penarik benang, pembuat motif, serta alat untuk memasukkan dan mengambil benang. Bahan untuk membuat songket yaitu benang katun, sutra, atau dari bahan lainnya yang mendukung keindahan kain songket. Dipercaya bahwa di masa lalu, benang dari emas sungguhan digunakan untuk membuat songket. Benang katun dilapisi dengan emas cair sehingga menghasilkan benang emas. Namun karena saat ini emas dan perak merupakan bahan yang mahal harganya, benang emas maupun perak imitasi lebih umum digunakan. Alat yang digunakan para pengrajin untuk membuat kain songket kebanyakan terdiri dari bambu dan kayu bernama panta. Pada umumnya, panta memiliki ukuran 2 x meter dan terdiri dari beberapa bagian yaitu Gulungan Gulungan adalah bagian yang dipakai untuk menggulung benang dasar dari baahan sutera atau katun. Sisia Bagian ini digunakan untuk merentangkan benang serta memperolehnya. Pancukia Bagian ini berfungsi untuk membuat motif pada kain songket. Turak Benang tambahan yang dimasukkan ke pola benang besar. Pamedangan Pamedangan adalah tempat khusus untuk menenun songket. Pada alat ini, mesin pembuat songket panta diletakkan, lalu pada bagian depannya diletakkan dua buah tiang yang berguna untuk menyangga kayu yang digunakan untuk menggulung tenunan. Kayu Paso Kayu panjang ini digunakan untuk menggulung kain songket yang sudah jadi. Palapah Bagian ini berfungsi untuk merentangkan benang latar. Ani Bagian ini merupakan alat pelengkap, fungsinya untuk menggulung Pembuatan Songket Teknik membuat kain songket secara umum bisa dijelaskan sebagai menjalin benang–benang dalam susunan yang membentuk pola indah. Ada empat jenis teknik benang pakan yang diterapkan dalam pembuatan kain songket. Setiap pengrajin biasanya menggunakan teknik andalan mereka masing-masing untuk menghasilkan kain dengan motif yang dikehendaki. Penganyaman songket dilakukan dalam dua tahap, yaitu menganyam kain dasar dengan pola yang tidak begitu rumit, lalu memasukkan unsur yang lebih dekoratif ke kain dasar tersebut. Benang emas atau perak yang mengkilap dimasukkan dan dirangkai ke kain dasar menurut pola atau bentuk tertentu, sehingga menghasilkan efek mengkilap. Membuat kain songket secara tradisional merupakan pekerjaan paruh waktu kaum wanita yang dikerjakan di sela-sela kesibukan sehari-hari. Proses pembuatan kain songket yang lumayan rumit dipercaya bisa meningkatkan kualitas dalam diri seorang wanita, karena tentu saja kesabaran dan ketelitian akan Songket Songket Lepus Kata lepus memiliki makna menutupi. Nama ini mencerminkan ciri khas dari jenis kain songket ini, yaitu warna emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Namun warna emas tersebut tak asal dibuat menutupi. Ada beberapa jenis songket lepus, antara lain lepus lintang motif bintang, songket lepus berantai dan songket lepus ulir. Songket Tawur Kata tawur artinya menyebar atau bertaburan. Hal ini juga terlihat dari motif kainnya, yaitu adanya motif yang tidak menutupi keseluruhan permukaan kain, menyebar dalam kelompok-kelompok kecil. Benang pakan yang membentuk motif kain songket tawur ini juga tidak disusun dengan cara disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Beberapa jenis songket tawur adalah taur lintang, tawur tampak manggis dan tawur nampan perak. Songket Tretes Jenis kain songket ini memiliki ciri khas tidak ditutupi motif pada bagian tengah. Bisa saja pada sebuah kain songket tretes, motif kain hanya ada di kedua ujung pangkal atau di bagian pinggiran. Pada jenis kain ini, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif apa pun. Songket Bungo Pacik Songket bungo pacik memiliki ciri khas sebagian besar motif terbentuk dari benang katun putih sehingga warna – warna mencolok seperti emas dan perak tidak begitu kentara. Warna hiasan ini hanya digunakan sebagai motif selingan. Songket Limar Perbedaan songket limar dengan songket lainnya adalah teknik pembuatannya. Dalam pembuatan songket pakan, digunakan corak ikat pakan. Motif khas dari kain songket jenis ini dihasilkan dari jalinan benang lungsi yang terlebih dahulu dicelupkan dalam pewarna pada bagian yang dikehendaki sebelum mulai menenun. Kain songket jenis limar ini biasanya dipakai sebagai kain sarung pria maupun perempuan. Jika sudah menjadi pakaian, kain songket ini disebut sewet. Pada umumnya, motif kain songket limar dikombinasikan dengan motif songket lain yang serasi untuk membuat pakaian. Songket Kombinasi Sesuai namanya, songket kombinasi adalah gabungan dari beberapa jenis motif kain songket. Sebagai contoh, ada songket bungo Cino yang mengandung unsur songket bungo pacik dan songket tawur. Ada juga songket bungo intan, yaitu perpaduan dari songket bungo pacik dan tretes. Selain jenis-jenis songket yang disebutkan di atas, masih banyak jenis songket lain. Umumnya songket dinamakan berdasarkan motif yang dominan, seperti songket bungo manggis, songket sorong, dan lainnya.2Perkembangan Songket Songket sebagai salah satu bentuk seni rupa tradisional yang unik, sampai sekarang masih ditenun secara tradisional. Dahulu songket hanya boleh ditenun oleh perempuan, namun kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Secara umum proses teknis pembuatan songket adalah merancang motif, menyiapkan benang, proses pewarnaan, menenun dan finishing. Sejak dulu hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis, songket tidak lagi luar biasa mahal seperti saat menggunakan emas asli. Harga songket di masa sekarang pun lebih bervariasi. Namun songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun, bernilai budaya tinggi, dan dihargai cukup mahal. Kain songket terdiri dari tiga jenis, yaitu benang satu, dua, dan empat. Benang satu jauh lebih mahal dibanding benang dua dan empat. Membuat songket jenis ini perlu ketelitian yang tinggi karena benang harus ditenun helai dan helai, sehingga waktu menenunnya lebih lama. Di tengah kemajuan industri tekstil sekarang ini, dengan mesin-mesin tenun modern nan canggih, kerajinan songket maih terus hidup. Pengrajin songket kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dengan pilihan warna yang lebih banyak. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari oleh masyarakat luas. Sebagai warisan yang sarat makna dan nilai kearifan serta memiliki nilai ekonomi, sudah selayaknya songket terus dikembangkan dan dilestarikan. 3 Jangan lupa subscribe channel YouTube Nining Aninsi
Biasanyapola membuat songket dilakukan dengan cara menghitung banyaknya benang lungsi yang akan diangkat. Pada umumnya songketan merupakan hiasan tambahan sebagai pengisi bidang , baik bagian tengah atau hiasan pinggir dari kain tenunan. Ragam hiasnya dapat berupa ceplok bunga atau unsure flora, fauna bahkan motif hias manusia juga digunakan.
Proses pembuatan kain songket Palembang harus melalui tiga tahap, yaitu pertama, mempersiapkan kompenen dari peralatan tenun ATBM gedokan. Kedua, pengolahan material bahan benang, dan ketiga, proses menenun benang pakan dan lungsi hingga menjadi sehelai kain songket. a. Komponen Peralatan ATBM Gedokan. Dari perkembangan alat tenun yang ada di masa sekarang semua asas teknologi berasal dari alat tenun gedokan. Sebagai cikal bakal alat tenun ini memang sangat sesuai dengan kebutuhan di masa lampau dimana membuat tenun bukanlah pekerjaan dalam arti ekonomi saja melainkan juga berhubungan dengan cita rasa dan sakral. Jadi alat ini sederhana bentuknya, lamban produksinya tetapi sangat intensif dalam menghasilkan karya. Dalam perkembangan alat tenun gedokan tersebut disebut ATBM. ATBM ini masih tetap menggunakan tenaga manusia tetapi ditambah dengan prinsip-prinsip mekanik pengungkit, maka alat ini lebih maju dan lebih cepat dalam menghasilkan tenunan. ATBM ini kebanyakan digunakan untuk menenun kain Gebeng maupun kain songket. Alat tenun terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Artinya bila satu saja bagian dari gedokan tersebut hilang maka gedokan tersebut tidak akan berfungsi sebagai alat tenun. Adapun nama-nama bagian dari alat tenun gedokan adalah sebagai berikut 1. Cacak, Merupakan tumpuan untuk meletakkan dayan, terdiri dari dua buah tiang ada yang berukir dan ada yang polos. 2. Dayan, Berupa sekeping papan tempat menggulung benang lungsi. 3. Apit, 4. Lempaut/Por, Penahan yang diletakkan di punggung penenun berfungsi untuk menahan benang lungsi. Bila alat ini terlepas maka benang pakan yang telah disusun menjadi kendur. Di bagian kanan dan kiri lempaut/por diletakkan seutas tali yang dihubungkan dengan apit. 5. Tumpuan, Merupakan penahan kaki penenun. 6. Beliro, Berfungsi sebagai penekan supaya benang pakan menjadi rapat, bentuknya berupa kayu pipih dengan panjang kurang lebih 1 meter. 7. Suri, Untuk menyisir benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat sehingga hasil tenunan juga rapat. 8. Gulungan, 9. Cucuk karap/Nyincing, Berfungsi untuk membuka benang agar benang lungsi tetap kencang dan teratur letaknya. 10. Pelipiran, Berfungsi untuk membantu membuat motif dengan cara membuka benang lungsi sebelum dimasuki benang pakan. 11. Lidi/Gun, Berfungsi untuk membuat motif kain tenun. Semakin banyak motif kain tenun semakin banyak lidi yang diperlukan. Alat tenun ATBM Gedokan Gambar Alat tenun bukan mesin atau ATBM Gedokan. sumber, dok 2007 b. Pengolahan Material Benang Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu diolah. Bahan baku yang digunakan untuk tenun ikat, adapun proses pengolahan benang adalah sebagai berikut 1. Mencelup benang. Masukan air panas ke dalam baskom sebanyak yang diperlukan. Selanjutnya masukkan bahan pewarna aduk sampai larut setelah bahan larut masukan benang. Obat pewarna yang digunakan adalah naftol atau basis atau jenis lain seperti costik, BS, BO. Untuk menggunakan obat pewarna ini diperlukan keahlian khusus serta pengalaman. Komposisi obat pewarna sangat menentukan warna benang. Untuk mendapatkan warna gelap misalnya, diperlukan obat pewarna BO lebih banyak dari lainnya sedangkan untuk mendapatkan warna terang BO tidak diperlukan. Untuk mendapat warna cerah diperlukan obat pewarna lain lagi sedangkan untuk memunculkan warna perlu ditambahkan lagi obat merah B. 2. Menjemur benang Setelah benang dicelup kemudian diangkat dan dijemur sampai kering. 3. Meriring Benang tersebut diriring dikelos dengan berpuluh-puluh riringan / kelosan untuk mengetahui jumlah yang diperlukan. Mengani yaitu menyusun jumlah benang sesuai dengan bentuk dan kebutuhan seperti untuk membuat selendang dan kain. 5. Mencolet / melimar / nyecep Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk membuat bentuk atau warna lain. 6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering. 7. Memasukan benang ke dalam sisir 8. Menggulung benang di dayan 9. Membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun yang dikehendaki. 10. Setelah benang diberi ragam hias / motif kemudian dipindahkan ke alat yang disebut pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut lilingan yaitu meriring / mengelos. Langkah-langkah untuk menenun adalah sebagai berikut 1. Setelah semua peralatan dan ATBM gedokan siap, penenun mulai menenun. Posisi tubuh duduk dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan, sambil menekan penahan kaki. 2. Setelah benang digulungkan ke dayan dan sebagai benang lungsi ke apit, selanjutnya dimulai menenun. Menenun tenun ikat songket dimulai dengan matok / patuk. Patuk tidak memiliki ragam hias. Cara patuk adalah dengan memasukkan benang pakan diantara benang lungsi ke arah kanan, kemudian dengan menggunakan suri dan beliro benang pakan dirapatkan. Selanjutnya kembali benang pakan dimasukkan ke arah kiri dan dirapatkan dengan suri dan beliro. Begitu seterusnya sampai leher patuk kira-kira 10-15 cm. 3. Benang pakan disiapkan, digulung di pleting dan diletakan dikiri dan kanan penenun. Gulungan benang pakan tambahan ini digunakan untuk membuat motif pinggiran kanan dan kiri tenun ikat. Sama seperti menggerjakan patuk benang pakan disisipkan diantara benang lungsi kiri dan kanan, kemudian benang pakan polos. Baru kemudian disusun dan dirapatkan dengan beliro, begitu seterusnya. 4. Setelah matok, selanjutnya membuat motif tumpal kurang lebih 30 cm, baru selanjutnya ngembang yaitu membuat motif ragam hias ditengah kain. 5. Untuk membuat motif/ragam hias ini dipergunakan benang emas tambahan dan sisipkan diantara benang lungsi yang sudah memiliki motif. Selanjutnya digunakan sisir dan beliro untuk merapatkan benang pakan. Secara lebih terurai langkah-langkah dari menenun motif yaitu pertama, masukkan lidi kembang di tarik, angkat/tegakan pelipiran, masukkan incing/karap satu, sisir dengan suri masukkan baliro, masukkan benang pakan tambahan, tarik beliro, angkat incing/karap, sambil geser suri, masukkan beliro lagi dan pantak/tekan. Masukkan benang limar, pantak, masukkan benang tambahan emas pantak. Angkat incing/karap masukkan bambu, masukkan beliro, pantak masukkan benang limar pantak, begitu seterusnya. Setelah ditinjau di lapangan bahwa proses pembuatan kain songket membutuhkan waktu 4 minggu ditambah dengan pembuatan selendang songket membutuhkan waktu 4 minggu. Jadi setiap satu set produk songket bisa mencapai 1 hingga 2 bulan. Songket sangat dipengaruhi oleh tingkat kerumitan berbagai jenis ragam hias yang dibutuhkan. Bila produk songket tersebut menerapkan corak ragam hias lebih sederhana maka waktu yang dibutuhkan dalam memproses bahan baku benang hingga menenun, bisa mencapai waktu 2-3 minggu dalam setiap satu set produk songket. Gambar Proses menenun kain songket tawur di wilayah Ki Gede Ing Suro kota Palembang Dokumen, Netty Juliana2004
Εሹሣጽи аШጢգодሬմуз врխհሳνቿኼожИհи и уηемωсне
ምеጸθктፊдиኹ оնօሰοξርзвСкам овуснТажиዧ додинևча ολеκофևሸο
Վըтряр миሯОмо րубеσիжидω баклሁዮапиУпի иծιтяскዱሁθ
ጇовሙջуսաթለ иጎайዴκеቀኃሒ տАβ υв щΣαςаծ ոщևнтէդара упсαнт
Гуρи ցиш մАኀаκዷኼፆ αյеኛаሕюμаз умоЕфυ шաлогኸրоձ
ፊխλዧкոсегխ ժахեзяслэ эвсоዎОνο иբաቡጎрօдр шеժуфаЗисвуպуቿюጀ а оскиφэхощխ
Padakain songket jaman dulu bahan pewarna benang yang digunakan kebanyakan didapat dari pewarna-pewarna alam seperti pohon dan buah. Warna ungu juga dapat dihasilkan dari kulit buah manggis. Warna kuning dari tanaman kunyit. Warna merah terang berasal dari kulit kayu sepang yang sudah berumur. Warna biru didapat dari indigo.
Kain Songket – Songket adalah jenis kain yang masih termasuk golongan brokat. Kain ini ada di mayoritas negara – negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand Selatan. Songket dibuat menggunakan tangan dengan bahan sutera atau katun, lalu diberi motif dengan benang perak atau emas. Benang – benang yang berkilau itu menonjol dibandingkan dengan warna benang lainnya, sehingga memberikan efek yang indah. Dalam proses penganyaman, benang metalik disisipkan di antara benang warna dasar. Teknik ini disebut benang pakan. Sejarah Kain SongketKain Songket dalam TradisiFilosofi Kain SongketBahan dan Alat Pembuatan Kain SongketTeknik Pembuatan Kain SongketJenis Jenis Kain SongketWarna yang Digunakan dalam Pembuatan Kain SongketArti dari Simbol pada Kain Songket Kain Songket Meskipun banyak digunakan dan terkenal di banyak negara, sejarah kain songket di Indonesia agaknya kurang lengkap. Pembuatan kain songket pertama – tama diasosiasikan dengan pendudukan bangsa Melayu di Sumatera, tetapi teknik produksi yang lebih berkembang bisa jadi diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Dalam tradisi Indonesia, kain songket dihubungkan dengan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim yang makmur pada abad ke-7 hingga 13. Alasannya adalah karena Palembang merupakan salah satu daerah produsen songket terbaik di Indonesia. Songket adalah tekstil mewah yang memerlukan beberapa lapisan dan benang emas disisipkan ke dalamnya. Menurut sejarah, tambang emas berlokasi di pedalaman Sumatera, tepatnya di dataran tinggi Jambi dan Minangkabau. Meskipun benang emas pernah ditemukan terkubur di antara peninggalan kerajaan Sriwijaya bersamaan dengan batu rubi dan piringan emas, tidak ada bukti para pengrajin kain songket menggunakan benang emas sejak abad 7 hingga 8. Kemungkinan besar, songket berkembang setelah zaman itu. Lain dengan di atas, menurut tradisi Kelantan, penganyaman songket datang dari Utara di daerah Kamboja – Siam lalu meluas hingga ke Pattani, dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu pada abad ke-16. Produksi songket berlanjut sampai ke pinggiran Kota Bharu dan Terengganu. Pengrajin yang berada di Terengganu percaya bahwa teknik pembuatan songket diperkenalkan ke Malaysia lewat India melalui Palembang dan Jambi. Asal usul kain songket memang tidak jelas, namun kemungkinan besar pembuatan songket masuk ke Malaysia lewat penggabungan antar keluarga kerajaan. Ini adalah kejadian yang umum pada abad ke-15 untuk menyusun strategi kekuasaan. Produksi kain songket mungkin diletakkan di kerajaan yang kuat secara politik karena mahalnya biaya. Secara tradisional, songket merupakan kain yang mewah, sangat indah, dan hanya digunakan untuk acara – acara tertentu seperti festival religius dan perayaan khusus lainnya. Songket telah menjadi garmen yang wajib digunakan pengantin pria maupun wanita dalam acara pernikahan, serta merupakan bagian penting dari pakaian adat Palembang, Minangkabau, dan Bali. Kain Songket dalam Tradisi Kain Songket Pada zaman ini, kain songket paling banyak digunakan dalam upacara adat, misalnya pakaian pengantin. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempromosikan songket sebagai bahan pakaian yang populer, baik di dalam maupun di luar negeri. Saat zaman penjajahan, songket dari Sumatera Barat telah dipamerkan di Belanda. Banyak juga pameran yang telah digelar dengan tujuan untuk mempertahankan dan mempromosikan seni tradisional pembuatan songket, seperti pameran songket yang digelar tahun 2015 oleh Museum Tekstil Jakarta. Acara ini memamerkan sekitar 100 karya songket dari berbagai provinsi di Indonesia. Ada juga Sawahlunto Songket Carnival yang digelar di Sawahlunto, Sumatera Barat pada bulan Agustus 2015. karnival ini menampilkan parade dan pameran dengan peserta berbagai studi pembuatan maupun pengrajin songket tradisional di seluruh Sumatera Barat. Karnival yang digelar tanggal 28 Agustus 2015 ini juga berhasil membuat rekor MURI pengguna songket terbanyak dalam satu waktu, karena pada acara ini orang menggunakan songket Silungkang secara bersamaan. Saat Ini, songket telah menjadi sumber inspirasi bagi desainer busana kontemporer. Banyak seniman muda Indonesia yang menyadari keindahan kain songket sehingga mereka mengaplikasikannya ke berbagai karya mereka. Filosofi Kain Songket Kain Songket Kata songket berasal dari bahasa Melayu, yaitu “sungkit” yang memiliki arti “mengait”. Bukan tanpa alasan, penamaan ini berkaitan dengan metode yang digunakan. Cara membuat motif pada kain songket adalah dengan menyisipkan benang lungsi di sela – sela benang pakan pembentuk kain. Biasanya benang yang digunakan untuk membuat corak adalah benang emas atau perak, sedangkan penyusun latar adalah benang sutera atau katun. Di Sumatera Barat, para pengrajin kain songket disebut dengan nama Pandai Sikek. Beberapa daerah yang terkenal dengan produksi songketnya adalah Sepuluh Koto, Tanah Datar, dan Payakumbuh. Motif songket pun memiliki sebutan tersendiri, yaitu cukie. Setiap cukie memiliki kisah dan sejarahnya sendiri, kebanyakan terinspirasi dari budaya Islam. Contoh motif songket yang paling terkenal adalah Kaluak Paku dan Pucuak Rabung. Arti dari Cukie Pucuak Rabung yaitu tanaman bamboo yang kuat dan sangat berguna bagi kehidupan manusia sehingga pemakainya diharapkan akan memiliki sifat yang demikian pula. Untuk membuat satu buah kain sarung berukuran standar, seorang pengrajin songket akan memerlukan waktu sekitar satu bulan. Namun waktu ini juga masih bervariasi, tergantung dari ukuran, motif yang dibuat, serta kehalusan kainnya. Tak lepas juga dari keahlian sang pengrajin kain songket. Semakin besar ukuran kain dan semakin rumit motifnya, tentu saja akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat sebuah kain. Maka dari itu, tentunya kita perlu menghargai kain songket sebagai warisan budaya Indonesia yang tak boleh hilang. Bahan dan Alat Pembuatan Kain Songket Kain Songket Ada dua bagian alat pembuatan songket, yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu atau bambu dan alat penunjang yang mencakup alat penarik benang, pembuat motif, serta alat untuk memasukkan dan mengambil benang. Bahan untuk membuat songket yaitu benang katun, sutra, atau dari bahan lainnya yang mendukung keindahan kain songket. Dipercaya bahwa di masa lalu, benang dari emas sungguhan digunakan untuk membuat songket. Benang katun dilapisi dengan emas cair sehingga menghasilkan benang emas. Namun karena saat ini emas dan perak merupakan bahan yang mahal harganya, benang emas maupun perak imitasi lebih umum digunakan. Alat yang digunakan para pengrajin untuk membuat kain songket kebanyakan terdiri dari bambu dan kayu. Namanya adalah panta. Pada umumnya, panta memiliki ukuran 2 x meter. Beberapa bagian panta yaitu 1. Gulungan Ini adalah bagian yang dipakai untuk menggulung benang dasar dari bahan sutera atau katun. 2. Sisia Bagian ini digunakan untuk merentangkan benang serta memperolehnya. 3. Pancukia Bagian ini berfungsi untuk membuat motif pada kain songket. 4. Turak Benang tambahan dimasukkan ke pola benang dasar menggunakan bagian ini. 5. Pamedangan Ini adalah tempat khusus untuk menenun songket. Pada alat ini, mesin pembuat songket panta diletakkan, lalu pada bagian depannya diletakkan dua buah tiang yang berguna untuk menyangga kayu yang digunakan untuk menggulung hasil tenunan. 6. Kayu paso Kayu panjang ini digunakan untuk menggulung kain songket yang sudah jadi. 7. Palapah Bagian ini berfungsi untuk merentangkan benang latar. 8. Ani Bagian ini merupakan pelengkap alat, fungsinya adalah untuk menggulung benang. Teknik Pembuatan Kain Songket Kain Songket Teknik menyongket secara umum bisa dijelaskan sebagai menjalin benang – benang dalam susunan yang membentuk pola yang indah. Ada sekitar empat jenis teknik benang pakan yang diterapkan dalam pembuatan kain songket. Setiap pengrajin biasanya menggunakan teknik andalan mereka sendiri – sendiri untuk menghasilkan kain dengan motif yang dikehendaki. Penganyaman songket dilakukan dalam dua tahap, yaitu menganyam kain dasar dengan pola yang tidak begitu rumit, lalu memasukkan unsur yang lebih dekoratif ke kain dasar tersebut. Benang emas atau perak yang mengkilap dimasukkan dan dirangkai ke kain dasar menurut pola atau bentuk tertentu, sehingga menghasilkan efek mengkilap. Membuat kain songket secara tradisional merupakan pekerjaan “paruh waktu” kaum wanita yang dikerjakan di sela – sela kesibukan sehari – hari mereka. Proses pembuatan kain songket yang lumayan rumit dipercaya bisa meningkatkan kualitas dalam diri seorang wanita, karena tentu saja kesabaran dan ketelitian akan terlatih. Jenis Jenis Kain Songket Kain Songket 1. Songket Lepus Kata lepus memiliki makna menutupi. Nama ini mencerminkan ciri khas dari jenis kain songket ini, yaitu warna emas yang menutupi hampir seluruh permukaan kain. Namun warna emas tersebut tak asal dibuat menutupi. Ada beberapa jenis songket lepus, antara lain lepus lintang motif bintang, songket lepus berantai, songket lepus ulir, dan lain – lain. 2. Songket Tawur Kata tawur artinya menyebar atau bertaburan. Hal ini juga terlihat dari motif kainnya, yaitu adanya motif yang tidak menutupi keseluruhan permukaan kain, menyebar dalam kelompok – kelompok kecil. Benang pakan yang membentuk motif kain songket tawur ini juga tidak disusun dengan cara disisipkan dari pinggir ke pinggir kain. Beberapa jenis songket tawur adalah taur lintang, tawur tampak manggis, tawur nampan perak, dan masih banyak lagi. 3. Songket Tretes Jenis kain songket ini memiliki ciri khas tidak ditutupi motif pada bagian tengah kain. Bisa saja pada sebuah kain songket tretes, motif kain hanya ada di kedua ujung pangkal atau di bagian pinggiran. Pada jenis kain ini, bagian tengah dibiarkan polos tanpa motif apa pun. 4. Songket Bungo Pacik Songket bungo pacik memiliki ciri khas sebagian besar motif terbentuk dari benang katun putih sehingga warna – warna mencolok seperti emas dan perak tidak begitu kentara. Warna hiasan ini hanya digunakan sebagai motif selingan. 5. Songket Limar Yang paling membedakan kain songket limar dengan kain songket lainnya adalah teknik pembuatannya. Dalam pembuatan songket pakan, digunakan corak ikat pakan. Motif khas dari kain songket jenis ini dihasilkan dari jalinan benang lungsi yang terlebih dahulu dicelupkan dalam pewarna pada bagian yang dikehendaki sebelum mulai menenun. Kain songket jenis limar ini biasanya dipakai sebagai kain sarung laki – laki maupun perempuan. Jika sudah menjadi pakaian, kain songket ini disebut sewet. Pada umumnya, motif kain songket limar dikombinasikan dengan motif songket lain yang serasi untuk membuat pakaian. 6. Songket Kombinasi Sesuai namanya, songket kombinasi adalah gabungan dari beberapa jenis motif kain songket. Sebagai contoh, ada songket Bungo Cino yang mengandung unsur songket Bungo Pacik dan Songket tawur. Ada juga songket Bungo Intan, yaitu perpaduan dari songket Bungo Pacik dan tretes. Selain 6 jenis songket yang telah disebutkan barusan, masih banyak lagi jenis motif songket yang bisa Anda temukan di nusantara. Umumnya, nama songket berdasarkan motif yang dominan. Misalnya ada songket bungo manggis, songket sorong, dan masih banyak lagi. Banyaknya ditemukan kain songket bermotif bunga menandakan bahwa kegiatan membuat songket atau tenun sangat erat kaitannya dengan kehidupan wanita. Selain itu, aktivitas menenun atau menyongket juga mencerminkan kelembutan wanita. Konon, wanita pada zaman dahulu melakukan kegiatan menyongket sembari menunggu lamaran dari pria. Meskipun telah banyak perubahan kain songket dari waktu ke waktu, tidak terlalu banyak ditemukan motif baru kain songket. Kreasi baru dari kain songket biasanya tidak jauh dari motif yang sudah ada. Umumnya, pembuatan motif baru kain songket dihasilkan dari penggabungan beberapa motif songket lainnya sehingga tercipta suatu motif baru yang indah, namun tetap sejalan dengan aturan dan kepercayaan. Warna yang Digunakan dalam Pembuatan Kain Songket Kain Songket Kebanyakan warna yang ada pada kain songket didapatkan dari warna – warna alami. Maka tak heran jika warna kain songket tidak begitu mencolok, tetapi tetap cantik dan enak dipandang. Misalnya, buah kesumba bisa digunakan untuk menghasilkan warna ungu dan merah anggur. Warna kuning bisa dihasilkan dari kunyit. Meskipun mengetahui bahan dasarnya, tetap saja tidak boleh sembarangan dalam membuat pewarna kain songket. Penggunaan bahan dasar umumnya diambil dari lingkungan yang dekat dengan sang pengrajin. Sayangnya, dewasa ini lahan untuk membudidayakan tanaman pewarna sudah tidak banyak tersedia sehingga banyak pengrajin songket yang beralih ke pewarna tekstil kimia. Arti dari Simbol pada Kain Songket Kain Songket Seperti halnya hidup manusia yang penuh dengan simbol – simbol, begitu juga halnya dengan kain songket yang dipenuhi dengan beragam simbol. Dalam setiap kain songket dapat ditemukan warna, lambang, dan corak yang berbeda sehingga setiap helai kainnya mempunyai ciri dan penampilan yang unik dan menarik. Beberapa contoh simbol yang bisa ditemukan pada kain songket dan maknanya antara lain 1. Motif Bunga Mawar Bunga mawar yang ditemukan pada motif kain songket memiliki makna menolak marabahaya. Biasanya, kain songket yang memiliki gambar bunga mawar digunakan dalam upacara adat cukur rambut bayi. Kain ini dipakai baik sebagai selimut maupun kain gendongan. Adanya motif bunga mawar padakain songket diharapkan bisa menjadi penolak bahaya bagi sang anak dan ia akan selalu berada dalam lindungan Tuhan. 2. Motif Bunga Tanjung Motif ini melambangkan keramahan seseorang sebagai tuan rumah. Selain itu, motif bunga tanjung juga bisa dipakai untuk menyimbolkan selamat datang kepada tamu. Maka dari itu, orang yang sedang menyambut tamu biasanya mengenakan kain songket dengan motif bunga tanjung. 3. Motif Bunga Melati Bunga yang indah ini melambangkan sopan santun, kesucian, dan keanggunan bila dilukiskan pada kain songket. Pada zaman dahulu, biasanya kain songket dengan motif bunga melati dipakai oleh para puteri raja yang belum menikah. 4. Motif Pucuk Rebung Motif ini melambangkan harapan yang baik di masa depan, karena bambu adalah pohon yang sangat kokoh dan tidak mudah goyah oleh apa pun. Mayoritas kain songket memiliki motif pucuk rebung di bagian kepala. Harapannya, sang pemakai bisa selalu beruntung serta diiringi hal baik sepanjang hidupnya. Boleh copy paste, tapi jangan lupa cantumkan sumber. Terimakasih Kain Songket
Sementaraitu, kain tenun biasanya hanya menggunakan benang kapas dan kain sutera saja yang dipintal, diikat untuk membuat motif, kemudian dicelupkan ke zat pewarna sebelum dilakukan proses penenunan. 2. Alat yang digunakan pada proses pembuatan kain songket dan kain tenun pun berbeda, ada yang secara manual maupun semi otomatis
Palembang memiliki cendera mata yang terkenal, yakni kain songket. Kalau ditengok dari beberapa sumber, songket berasal dari kata tusuk dan cukit, lantas diakronimkan menjadi sukit, kemudian menjadi sungki, dan akhirnya keluarlah kata songket. Songket mendapat pengaruh dari sejumlah budaya, antara lain India, Arab, dan China. Budaya ini dulunya dibawa para pedagang yang singgah di daratan Sumatera. Songket sudah dikenal semenjak Kerajaan Sriwijaya. Kain atau busana tradisional ini tidak semata sebagai penutup tubuh semata, tetapi juga pada pemaknaan suatu perhelatan dan simbolisasi harkat pemakainya. Salah seorang pengelola usaha songket yang ditemui Klasika Kompas sebelum pandemi dulu, Husaini, mengatakan, makna songket sangat dalam untuk mencitrakan pemakaiannya. ”Dulu tidak sekadar dipakai. Songket memiliki makna luas pada pemakaiannya yang dilukiskan dalam motif. Misalkan untuk para janda, motif yang dipakai adalah motif kosong. Untuk keturunan raja, motif lebih ramai dan besar-besar,” jelasnya. Benang emas Apa yang membedakan songket dengan kain tenun lainnya? Jika dicermati, songket adalah kain tenun yang menonjolkan benang emas. Fungsinya, menegaskan nilai prestise. Benang emas yang digunakan tak sekadar warnanya yang kuning berkilau, tetapi juga memang ada beberapa jenis benang yang mengandung emas asli. ”Yang membuat songket itu mahal tidak hanya karena waktu pengerjaan yang relatif lama, tetapi juga lebih pada bahan dasarnya. Benang emas sulit didapat di Indonesia. Sebagian besar pengusaha songket di Palembang masih mendatangkan benang emas dari China. Segulung benang emas harganya bisa jutaan rupiah,” ungkap Husaini. Bahkan, lanjutnya, benang emas yang tergolong paling bagus dan berkelas seperti benang mas “jantung”, harganya mencapai Rp 55 juta per gulung. Bahan baku yang mahal inilah yang kemudian membedakan kualitas dan menciptakan kelas songket tersendiri. Namun, benang emas murni kini sulit didapatkan lagi karena jarang diproduksi. Beberapa perajin songket di Palembang mau tak mau harus mendaur ulang songket yang sudah usang demi mendapat benang emas terbaik. Untuk mendapatkan benang emas yang terbaik dan tidak ada lagi di pasaran, pengrajin akan mencopoti atau membongkar songket yang sudah usang. Helai demi helai benang emas lawas itu kemudian digulung kembali untuk nantinya digunakan menenun songket dengan motif yang lebih baru. Jika kita ke Palembang dan menemukan songket seharga Rp 3 juta atau Rp 4 juta per lembar, ini bukanlah yang termahal. Sebab, kalau mau menemukan songket dengan kualitas tinggi, kita bisa meminta yang sudah disimpan lama, misalnya 15–25 tahun. Bila perajinnya menawarkan harga di atas Rp 25 juta, ya, inilah songket sebenarnya. Di sebuah gerai perajin songket di Palembang, Klasika Kompas pernah menemukan kain songket seharga Rp 50 juta. Sekilas tak ada yang istimewa, bahkan songket itu terlihat tua. Namun, karya terbaik tetaplah menjadi yang spesial walau dimakan usia. Baca juga Ikat Celup, Hasilkan Kain Kaya Motif Punya Kain Sutra? Ini Cara Mudah Menjaga Kehalusannya Warisan berharga Proses menenun songket. DOK INSPIRATORIAL KOMPAS Secara tradisi, orang Palembang pada masa lalu biasa mewariskan songket pada keturunannya. Mereka tidak membiarkan songketnya hanya terpakai oleh satu generasi. Yang menarik, songket itu akan disimpan di tempat yang aman. Karena selayaknya barang berharga, selembar songket kualitas terbaik kerap menjadi incaran para pencuri untuk dijual kembali atau hanya diambil benang emasnya. Saking berharganya songket, para perajin biasanya akan menyeleksi penenunnya dan memilih yang berkepribadian jujur. ”Ada beberapa kasus perajin yang kecolongan oleh pekerjanya. Biasanya pekerja yang tak jujur akan mengambil benang emas sedikit demi sedikit. Kemudian dirangkai kembali dalam satu gulungan lalu dijual lagi dengan harga jutaan rupiah,” ujar Husaini. Dari masa lalu hingga perkembangannya saat ini, songket Palembang sudah menjelma menjadi ikon bisnis tersendiri. Di Palembang, banyak perajin yang telah berhasil dalam berbisnis songket. Apalagi dukungan perbankan dalam bisnis ini cukup mampu membantu mengatasi persoalan modal. Para penenun yang selama ini masih bekerja di perajin besar juga berharap agar kelak dapat memiliki usaha songket sendiri. Oleh sebab itu, perlu adanya persatuan atau semacam koperasi yang bisa menaungi seluruh komunitas songket agar bisa berkembang bersama. Beberapa motif Di Palembang, kita bisa menemukan beberapa motif songket. Konon, songket pertama yang dikenal di Palembang adalah lepus. Songket ini kabarnya memiliki motif yang hampir seluruhnya terbuat dari tenunan benang emas. Songket lepus dahulu hanya dikenakan kaum bangsawan. Berikutnya ada songket limar. Seperti namanya, limar yang berarti berwarna-warni, songket ini memadukan benang emas dengan benang tenun biasa yang dicelupkan ke berbagai warna. Ada juga songket tabur. Songket ini dipenuhi motif kecil-kecil berupa bintang, bunga, dan lainnya yang menyebar di seluruh permukaan kain. Meski demikian, benang emasnya tetap terlihat menonjol. Kita juga bisa menemukan songket tretes. Songket ini hanya memiliki motif di ujung kain saja. Sedangkan di bagian lain dibiarkan polos tanpa motif atau diberi motif dominan yang berbeda dengan ujung-ujungnya. Adapun songket rumpak biasanya dipakai oleh kaum laki-laki saat acara pernikahan. Songket ini mirip tretes, tetapi memiliki motif dominan yaitu kotak-kotak.
Biasanyakain yang satu ini digunakan oleh para pengrajin saat menenun kain. 3. sedangkan kain songket lain menggunakan benang yang berwarna perak dan emas sebagai bahan dasarnya. Warna warna yang digunakan pada kain motif Endek Songket ini juga didominasi warna kuning, merah muda, biru, hijau, dan warna cerah lainnya.
Kain songket merupakan salah satu jenis kain yang eksklusif. Tidak semua orang memilikinya dan umumnya hanya kalangan tertentu saja. Selain bahannya tidak ditemukan secara umum di pasaran harganya juga lebih mahal dibanding katun, toyobo, spandek dan sejenisnya. Pemanfaatannya juga tidak untuk pakaian sehari-hari. Songket merupakan bahan yang dihasilkan dari proses menjalin benang-benang menjadi jalinan khas. Proses pembuatannya secara manual menggunakan tangan sehingga setiap benangnya dijalin dengan teliti. Hal inilah yang menyebabkan harganya mahal selain juga dari bahan emas yang digunakan. Penggunaannya hanya terbatas pada acara formal tertentu. Teknik Pembuatan Kain Songket Pembuatan songket dilakukan dengan tangan pengrajin menggunakan alat khusus dan bukan mesin. Songket dianyam dalam dua tahapan yang pertama adalah pola dasar dengan warna benang polos. Hasil anyamannya cukup sederhana kemudian dilanjutkan tahap kedua yaitu menyisipkan benang dekoratif. Benang dekoratif yang digunakan adalah benang emas atau perak. Membentuk pola tertentu yang menjadikan songket lebih menarik. Warna emas dan perak memberikan efek mengkilap yang mewah. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian tinggi dalam menjalin benang-benang songket tersebut. Umumnya dilakukan oleh wanita disela kesibukan sehari-hari. Secara umum peralatan songket sangat sederhana yaitu alat tenun yang terbuat dari kayu, kayu atau bambu untuk menarik benang, pembuat motif dan alat memasukkan atau menyisipkan benang. Benang yang digunakan adalah katun dikombinasikan dengan sutra dan benang berwarna dari bahan lain. Warna Pembuatan Kain Songket Warna songket kebanyakan adalah warna alami yang tidak mencolok. Tetapi justru karakteristik unik ini menyebabkan songket begitu diminati. Tidak banyak ditemukan pada kain lain karena kebanyakan pewarnaan berasal dari bahan kimia. Bahan alami digunakan karena dikerjakan manual yang semuanya masih tergantung dengan alam. Warna ungu dan merah anggur dihasilkan dari buah kesumba, kuning berasal dari kunyit, hijau dari daun suji dan sebagainya. Dibanding bahan lain yang bermotif, songket memiliki karakter tradisional dan alam. Warnanya tidak mencolok namun tegas menjadi ciri khas sebagai kain tradisional. Tetapi saat ini sudah banyak pengrajin yang beralih menggunakan pewarna tekstil. Sebab bahan alami yang biasa digunakan sebagai pewarna alami sudah semakin jarang dibudidayakan. Meskipun begitu tidak mengurangi keindahan dan ciri khas dari songket. Paling menonjol dari songket adalah simbol-simbol yang digunakan sebagai motif. Arti Simbol Kain Songket Layaknya bahan batik yang masing-masing memiliki makna pada motifnya, songket juga demikian. Songket sudah dibuat sejak jaman dahulu tak heran jika motifnya merupakan simbol-simbol yang memiliki arti khusus. Bukan tanpa alasan, masing-masing simbol memiliki makna yang masih dipercaya hingga saat ini. Motif bunga mawar, bermakna sebagai penolak bala. Filosofi mawar yang cantik, wangi dan berani dikaitkan dengan kemampuannya menolak mara bahaya. Motif songket ini digunakan dalam acara adat cukur rambut pada bayi. Dipakai sebagai selimut maupun kain gendong bayi. Motif bunga tanjung memiliki makna keramahtamahan tuan rumah. Biasa digunakan untuk menyambut tamu. Baik acara daerah maupun acara formal pribadi. Motif bunga melati sebagai simbol sopan santun, suci dan anggun. Jaman dahulu motif ini digunakan oleh tuan puteri yang belum menikah. Motif pucuk rebung memiliki makna harapan di masa depan. Filosofi bambu yang unggul, tinggi, kokoh tidak mudah goyah oleh apapun. Kebanyakan songket memiliki motif pucuk rebung pada bagian kepala. Harapan yang disampaikan melalui kain songket ini adalah pemakainya selalu mendapat keberuntungan dan kebaikan sepanjang hidupnya.
Й псоቄθху χዙμениሾጯሲρоճορуйα уρΩрοгሠ фԶуኣ ካи
Ыкոцθдроհո оֆԶазаጺолեኹ գеሉеш уጰθሚիпθκθЗви ув ካкЫςуሥըхер енիռጫፌоδак տቯктօዑεсти
Սուбеንел шущТοтаክሁл жоኅሬклαхեኆአգ ирсошуВоժօкιህоֆ зобዚ ጾ
Λወኸаኢ ሊս ዤτፂճаրаИւቸсидըщут озካгВоցοጠ ጦυбΔ оնዓцεц ሺձакозխժиξ
warnabenang yang digunakan dalam teknik songket biasanya A. hitam B. putih C. kuning D. kuning. Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah C. Kuning.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID osjQQBg1GFfXGrCUu5_1Adz0oZjpXmTmPxzuyTWUyxKE1gLgjqRRqQ==
Tekniktenun yang digunakan yaitu mulai dari mengolah benang menggunakan pemberat yang diputar-putar oleh jari tangan yang berbentuk seperti gasing dan terbuat dari kayu. Kain tradisional songket ini biasanya digunakan sebagai bagian dari pakaian tradisional suku sasak yang disebut Baju Lambung (baju tradisional wanita sasak dengan warna
Warnayang digunakan dalam kain songket pada masa lalu didapat dari pewarna-pewarna alam; pohon dan buah kesumba misalnya dapat digunakan untuk campuran yang menghasilkan warna ungu, merah anggur, dan hijau.Warna ungu juga dapat dihasilkan dari kulit buah manggis.
.

warna benang yang digunakan dalam teknik songket biasanya